Pemain bukan bang Toyib

Beberapa waktu lalu tulisan saya dimuat tabloid Bola pada rubrik oposan, ini artinya untuk kedua kalinya tulisan saya muncul di ‘oposan’.

tulisan ini sendiri saya buat ketika masih terjadi gonjang-ganjing pembahasan mengenai peserta dan format liga Indonesia. Berikut tulisan saya itu…

Pemain bukan bang Toyib”

“Sayang aku bukanlah bang toyib, yang tak pulang-pulang, sabar sayang sabarlah sebentar abang pati pulang…”, sepenggal lirik dari lagu berjudul “Aku bukan bang Toyib”milik band yang begitu populer dalam beberapa tahun terakhir Wali. Lagu ciptaan band Wali hampir semua menjadi hits, lirik yang mudah dihafal dan aransemen musik yang sederhana justru digemari oleh banyak orang.

Tapi apa hubungannya lagu “Aku bukan bang Toyib” dengan sepakbola lokal kita?, semua berawal dari rapat komite eksekutif PSSI pada tanggal 30 sepetember lalu. Rapat yang konon berlangsung hampir 12 jam ini menghasilkan beberapa keputusan penting. Salah satu keputusan yang paling dinanti adalah bentuk kompetisi Liga kita dibawah PSSI yang baru. Sejak beberapa minggu terakhir kita dibuat bingung dan bertanya-tanya tentang wajah kompetisi liga kita. Maklum AFC sebagai induk dari PSSI di zona Asia telah memberi batas waktu per 15 oktober untuk PSSI menggulirkan kompetisi. Lewat dari batas itu, kemungkinan AFC akan mendepak posisi wakil-wakil indonesia di persaingan antar klub Asia ( Piala Champions dan Piala AFC ). Tenggat waktu yang semakin mepet, namun tanda-tanda kapan kompetisi dimulai pun belum jelas, yang ada justru wacana-wacana “aneh” dari PSSI, seperti keinginan melebur kompetisi kasta tertinggi dengan jumplah peserta 32 klub dibagi 2 wilayah, hanya saja ide yang meluncur dari perwakilan PSSI sihar sitorus itu dengan cepat direspon negatif hingga akhirnya pelan-pelan tenggelam. Selanjutnya tersiar kabar bahwa PSSI akan tetap mempertahankan format kompetisi musim lalu, yaitu 18 klub dengan 1 wilayah. Format ini disebut paling pas, apalagi juga tidak melanggar statua PSSI ( hasil kongres Bali )

Nah, yang terjadi kemudian adalah rapat eksco terakhir ( 30 september ) mengeluarkan keputusan yang sangat mengejutkan yaitu kompelisi kasta tertinggi akan tetap berformat 1 wilayah namun akan diikuti 24 klub. Rincianya adalah 13 klub liga super, 4 klub Promosi, 1 klub ( Bontang FC ) yang dianulir dari degradasi dan 6 klub tambahan. Keputusan ini jelas sangat tidak lucu walaupun saya juga tahu bahwa PSSI juga tidak berniat “melawak”, apalagi ketika alasan yang disampaikan justru terkesan seenaknya. Misalnya pembelaan PSSI soal 6 klub “siluman” yang ditambahkan, mereka beralasan bahwa membawa Persebaya,PSMS, PSM karena ketiga klub ini merupakan klub besar sarat tradisi dan akan menarik minat sponsor, sedangkan untuk Persema dan Persibo mereka beralasan bahwa ini bentuk apresiasi terhadap keseriusan mereka menjadi klub professional ( ppadahal status 2 klub ini “konon” masih terhukum), yang tak kalah “gila” adalah ketika mereka membatalkan status Bontang FC dari jeratan degradasi. Alasan yang disampaikan terkesan mengada-ada dan sarat kepentingan atau pesanan. Menariknya keputusan ini pun ditentang oleh beberapa anggota exsco lainnya, artinya keputusan inipun mengundang perdebatan didalam kepengurusan PSSI sendiri.

Ah, tapi saya lebih tertarik soal jumlah 24 klub tadi. Jumlah ini jelas sangat banyak, biasanya setiap Negara Liga paling banyak diikuti oleh 20 klub. Dengan 24 klub maka kemungkinnan kompetisi akan berlansung 1 tahunan ( kecuali terjadi pemadatan jadwal ). Yang menarik beberapa waktu lalu PSSI sempat menggulirkan ide pembatasan budgeting tiap klub karena PSSI menyadari kesulitan klub-klub ( dimana klub-klub mulai musim ini tidak boleh menggunakan dana APBD ), namun yang terjadi justru sekarang PSSI “memaksa” klub untuk menaikan anggaran keuangan berdasarkan kompetisi yang lebih panjang dan jumplah pertandingan yang meningkat.

Selain klub yang pasti akan kesulitan mengatur anggaran, pekerja lapangan hijau juga pasti menjadi pihak yang terkena imbas langsung. Salah satunya pemain, pemain jelas akan sangat terkuras secara fisik karena jumlah pertandingan yang banyak, belum lagi kondisi geografis Indonesia yang begitu luas dan terpencar-pencar. Dari sisi psikis juaga pasti menyiksa, mengingat makin minimnya intensitas pertemuan mereka dengan keluarga. Sebagai pemain Profesional, mereka terikat kontrak sehingga kadang harus menomorduakan keluarga. Jika dikaitkan dengan lagu “Aku bukan bang toyib” tadi, mungkin itulah perasan yang akan berkecambuk di hati para pemain. Mereka akan sangat minim kesempatan bertemu keluarga dirumah, karena harus mengikuti kompetisi yang ( amat ) panjang dan melelahkan. Pemain hanya bisa meminta keluarga untuk bersabar karena walaupun lama tapi mereka pasti pulang.

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.